Rabu, 05 Oktober 2011

Pilkada Provinsis Papua

Pemilihan pasangan gubernur-wakil gubernur periode 2011 s/d 2016 yang akan di laksanakan pada akhir tahun 2011 di provinsi tertimur Indonesia (Papua) menyebabkan suhu politik meningkat, dan semua tim-tim kemenangan dari setiap pasangan yang ada mulai bekerja keras dalam meng-konsolidasi pasangan mereka kepada masyarakat.

Kalau kita melihat kembali kepada tiap calon-calon yang ada, semuanya bukan pendatang baru dalam percaturan politik di tanah Papua, disini kita semua dapat melihat rating dari tiap pribadi pasangan.
Beberapa nama seperti
1. Barnabas Suebu -
2. Lukas Enembe -
3. Welington Wenda -
4. M.R Kambu -
5. Habel M. Suai

sudah tidak asing bagi kita.
Mereka  pernah menjadi bupati, walikota dan gubernur.  Hasil kerja mereka dapat kita jadikan  barometer dalam mempertimbangkan kelayakan mereka untuk menduduki kursi Papua 1
Rakyat janganlah terpengaruh oleh rayuan manis mereka, tetapi mari kita memperhatikan hasil kerja mereka (setiap kandidat) dari jabatan mereka sebelumnya, tentunya ada kelebihan dan ada kekurangannya, sehingga kita secara sadar dapat menjatuhkan pilihan pada pasangan yang tepat.

Pilihan kita akan menentukan kemana bahtera Papua ini akan berjalan

Rabu, 15 Juni 2011

Harapan anak negeri

Otonomi khusus di tanah Papua telah memasuki tahun yang ke-sepuluh dan kalau diratakan dengan periode kepemimpinan kepala daerah (Dati I atau II) telah memasuki dua periode kepemimpinan.  Sepuluh tahun merupakan suatu capaian usia yang cukup matang untuk mengambil suatu langkah strategis sebagai langkah selanjutnya dalam menyelesaikan sisa waktu yang ada dari dua puluh lima tahun otonomi khusus di Papua.  Kita ketahui bersama bahwa “ketertinggalan” Papua dari daerah lain di Indonesia itu di pengaruhi oleh berbagai faktor dan dari tiap daerah (di Papua) memiliki persoalan yang berbeda-beda, sehingga Pemerintah Daerah tidak mudah untuk secepat membalikan telapak tangan dalam merobah/ mengejar “ketertinggalan” untuk dapat sejajar dengan daerah/ provinsi lain yang telah lebih dulu maju.
Dari tingkat kerumitan persoalan yang menghambat di “backup” pula dengan ingatan kolektif akan peristiwa masa lalu orang Papua sebagai bentuk per-lakuan diskrimisasi menimbulkan mosi ketidak percayaan terhadap Pemerintah semakin menambah beban bagi Pemerintah dalam membangun Papua yang baru.

Pembangunan kampung sebagai “master project” untuk Papua Baru

Masyarakat sebagai sasaran pembangunan telah memberikan berbagai sorotan baik secara pribadi ataupun mengatas namakan lembaga/ kelompok kemasyarakatan terhadap pelaksanaan otonomi khusus di tanah Papua yang  seakan-akan tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan mereka (rakyat). Hal itu tidak dapat disalahkan karena seperti yang sudah di uraikan diatas bahwa persoalan di tanah Papua sangat rumit dan setiap orang/ lembaga/ organisasi manapun tentunya mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap persoalan di Papua.  Oleh sebab itu Pemerintah dalam sepuluh tahun otsus di tanah Papua, atau tepatnya lima tahun terakhir membuat suatu “gebrakan” baru terhadap persoalan di Papua yakni sebagai master project bagi Pembangunan manusia baru, yakni dengan memberikan kepercayaan kepada setiap masyarakat untuk membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi yang diluncurkan dalam bentuk RESPEK (Rencana Strategis Pembangunan Kampung).
Langkah strategis Papua Baru
Setiap orang pasti sudah mengetahui dan sangat mengerti bahwa untuk mendapatkan buah, kita harus menanam pohonnya terlebih dahulu. Demikian dengan Papua, bahwa untuk mewujudkan suatu Papua Baru kita harusnya bersidiah menanam “ideologinya” (sering disebutkan inti/ roh) terlebih dahulu baru sistim itu akan membentuk suatu tatanan Papua yang baru. Sebagai langkah dalam memulainya, Pemerintah telah menetapkan prioritas pembangunan yang menjadi pusat perhatian Pemerintah yakni : kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Penjabaran ketiga item tersebut dapat dibaca pada buku Kami Menanam, Kami Menyiram, Tuhanlah yang Menumbuhkan oleh Barnabas Suebu, SH, (Pemprov Papua, 2007).

Harapan sebagai anak negeri

Ketika kami berdiri di belahan bumi yang lain ataupun di pulau yang lain diluar Papua dan memandang ke arah timur, seiring dengan terbitnya matahari semangat dan rasa cinta akan tanah ini begitu bergairah di dalam dada, sekalipun ketika kita menghadapi suatu kenyataan akan kekurangan dan kesusahan rakyat kami dibumi cenderawasih namun itu tidak memudarkan rasa cinta dan bangga kami terhadap tanah Papua.
Saat ini kita semakin dekat dengan suatu tatanan Papua yang baru, banyak putra Papua yang telah menjadi ahli di bidangnya, banyak putra papua yang berprestasi dibidangnya, banyak putra Papua yang tampil dengan ide gemilang terhadap pembangunan Papua, dan terlebih lagi banyak putra Papua dan saudara kita yang dengan tekun dan sabar berdoa bagi Papua.
Harapan kami bahwa Papua akan menjadi bukti KASIH di negara Indonesia bahkan seluruh dunia karena Bhineka Tunggal Ika itu ada disini dan terbukti kita bisa bersama-sama bahu-membahu dalam membangun Papua yang Baru.
Majulah... Papua...

    
    salam,


Kamis, 26 Mei 2011

Respek sebagai "Miniatur" Otonomi khusus Papua

Menjadi suatu daerah otonom merupakan bentuk sederhana dari suatu negara serikat. Mengapa demikian ? karena setiap daerah diberikan keleluasaan untuk mengatur serta mengelola daerahnya sesuatu dengan kebutuhan spesifik lokasi/ daerah tersebut. Namun beberapa hal seperti keamanan, hubungan luar negri dan juga moneter masih di atur oleh pusat, yakni sebagai tanggung jawab Pemerintah Pusat.
Terlepas dari hal tersebut, Provinsi Papua telah memasuki tahun ke 10 dalam era otonomi khusus telah mengambil langkah-langkah kongkrit dalam membangun daerahnya.  Semenjak kepemimpinan Bpk. Dr Barnabas Suebu, SH sebagai Gubernur Provinsi Papua, beliau telah mencanangkan suatu Program kerja yang dikenal dengan Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK) sebagai pengembangan dari kegiatan Turkam (turun Kampung).  Apresiasi masyarakat di kampung-kampung sangat luar biasa, takala mendapat kunjungan dari Gubernur serta rombongan, terlebih lagi dengan peluncuran RESPEK, dimana setiap Kampung mendapat bantuan dana pengembangan sebasar 100juta.

Respek vs Otsus

Apabila kita membicarakan otonomi khusus ditanah Papua, selalu identik dengan Pemanfaatan dan pengelolaan dana yang sangat besar, sehingga sering/ lebih dominan akan memunculkan presepsi negatif terhadap Pemerintah yang telah atau sebagai pelaksanakan amanah undang-undang otonomi khusus.  Namun apabila kita memperhatikan keadaan di kampung-kampung masyarakat sangat merasakan betul tentang pengelolaan dana Otsus itu (yang diluncurkan dalam bentuk respek) kalau ada testimoni respek, saya yakin pasti banyak orang dikampung-kampung akan merasa bersyukur dengan peluncuran dana Respek.  Mengapa tidak, daerah yang dulunya belum adanya sanitasi air bersih respek menjawab itu, ada daerah yang belum ada toilet, repek menjawab itu, dan masih banyak sekali keberhasilan Respek di tanah Papua.

Mengapa Respek sebagai "miniatur" Otonomi khusus ?

ya.. kita kembali lagi kepada pengertian otonomi khusus yakni bahwa daerah tersebut diberikan kebebasan untuk mengatur daerahnya sendiri, maka dengan Respek setiap kampung akan mengatur sendiri Pemanfaatan dana Respek untuk pembangunan dan pengambangan dikampung tersebut sesuai dengan konsep penyelesaian kebutuhan prioritas kampung tersebut.  Untuk membuat keputusan akan apa yang dikerjakan terkait pemanfaatan dana Respek itu pun melalui tahapan-tahapan yang dipantau dan didampingi oleh Pendamping yang terlatih.
Sehingga dengan demikian Respek dapat juga kita katakan sebagai miniatur dari Otonomi khusus dan juga merupakan bentuk kebijakan Pembangunan yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyrakat Papua.

Terlepas dari itu, 5 tahun sudah kepemimpinan Bpk Dr. Barnabas Suebu, SH dan Papua akan memilih seorang kepala daerah yang baru dan RESPEK sendiri hingga di akhir kepemimpinan-nya masih sebatas Program Kerja. Apakah dengan gubernur yang baru, masyarkat di kampung-kampung masih akan mendapat bantuan dana pengembangan seperti RESPEK ataukah itu tinggal kenangan ?.... kita tunggu perkembangannya.

Selasa, 24 Mei 2011

Kehidupan Papua Baru

Papua sebagai bentuk teritorial NKRI yang menempatkan diri sebagai Pintu timur Nusantara dan merupakan suatu pulau yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap ketersediaan oksigen dimuka bumi ini telah banyak mengalami perubahan.  Pengikisan nilai-nilai moral maupun budaya dan rohani membuat prihatin bagi kita semua.  Mengapa tidak, ras yang hanya lebih kurang satu persen dari penduduk Indonesia ini dengan kekayaan alam diatas tanah maupun yang didalam tanah, baik yang sedang di explorasi maupun yang masih tersembunyi telah lama hidup dibawah garis kemiskinan dan hanya memperhatikan pembangunan diatas tanah-mereka. Pemerintahan orde lama, digantikan dengan orde baru dan kemudia orde reformasih tidak merubah tatanan kehidupan masyarakat Papua.  Pemimpin Negera berganti-ganti, hingga papua memasuki krisis-krisis kepercayaan terhadap Pemerintah, maka dengan waktu yang panjang dan atas berkat Tuhan Pemerintah membentuk Propinsi Papua sebagai daerah otonomi khusus bersama propinsi Nanggruh Aceh Darusalam.  Suatu angin segar bagi orang papua....

Bentuk keberpihakan Pemerintah melalui Pemerintah daerah perlahan-lahan menyentuh hati nurani masyarakat Papua melaluli program-program penjangkauan seperti di bidang kesehatan, pendidikan dan kerohanian.

Pemulihan Papua

Semakin terbuka masyarakat Papua semakin besar pengaruh yang akan mengganggu keharmonisan hidup berdamai dengan penuh kasih di tanah Papua.  Pimpinan-Pimpinan umat beragama mulai bersama-sama membangun kerjasama dalam pembinaan mental spiritual masyarakat Papua.  Bagi Para hamba-Hamba Tuhan ada kebangkitan baru untuk bersama- sama melayani Tuhan. Terlihat di adakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dimana-mana, demikian dengan Pimpinan agama-agama yang lain mulai merangkul umat mereka dalam rutinitas ibadah masing-masing.
Banyak Nubuatan yang telah diucapkan oleh abdi-abdi Allah bagi tanah ini (tanah papua) bahwa ini saatnya untuk tanah Papua DIPULIHKAN.

Sungguh suatu perjalanan yang panjang dan melelahkan. banyak korban yang terjadi diatas tanah ini, banyak air mata yang membasahi tanah ini dan juga banyak tangisan yang memecahkan kesunyian di tanah ini. Kisah ini analogi dari bangsa Israel ketika berada di padang gurun menuju tanah Perjanjian.  Kini sepuluh tahun sudah otonomi khusus berjalan di tanah Papua, tidak banyak perubahan yang terjadi tetapi telah semakin kokoh LANDASAN PAPUA BARU tertanam dalam hati sanubari rakyat Papua. Telah tampil generasi Papua yang mampu berkiprah di kanca nasional bahkan internasional, berbagai penghargaan telah diraih, dan itu membuktikan bahwa LANDASAN PAPUA BARU telah disiapkan dan suatu saat nanti, Papua akan terbang tinggi meng-iringi mentari menyinari dunia, akan menjadi kesukaan bagi TUHAN dan manusia.