Otonomi khusus di tanah Papua telah memasuki tahun yang ke-sepuluh dan kalau diratakan dengan periode kepemimpinan kepala daerah (Dati I atau II) telah memasuki dua periode kepemimpinan. Sepuluh tahun merupakan suatu capaian usia yang cukup matang untuk mengambil suatu langkah strategis sebagai langkah selanjutnya dalam menyelesaikan sisa waktu yang ada dari dua puluh lima tahun otonomi khusus di Papua. Kita ketahui bersama bahwa “ketertinggalan” Papua dari daerah lain di Indonesia itu di pengaruhi oleh berbagai faktor dan dari tiap daerah (di Papua) memiliki persoalan yang berbeda-beda, sehingga Pemerintah Daerah tidak mudah untuk secepat membalikan telapak tangan dalam merobah/ mengejar “ketertinggalan” untuk dapat sejajar dengan daerah/ provinsi lain yang telah lebih dulu maju.
Dari tingkat kerumitan persoalan yang menghambat di “backup” pula dengan ingatan kolektif akan peristiwa masa lalu orang Papua sebagai bentuk per-lakuan diskrimisasi menimbulkan mosi ketidak percayaan terhadap Pemerintah semakin menambah beban bagi Pemerintah dalam membangun Papua yang baru.
Pembangunan kampung sebagai “master project” untuk Papua Baru
Masyarakat sebagai sasaran pembangunan telah memberikan berbagai sorotan baik secara pribadi ataupun mengatas namakan lembaga/ kelompok kemasyarakatan terhadap pelaksanaan otonomi khusus di tanah Papua yang seakan-akan tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan mereka (rakyat). Hal itu tidak dapat disalahkan karena seperti yang sudah di uraikan diatas bahwa persoalan di tanah Papua sangat rumit dan setiap orang/ lembaga/ organisasi manapun tentunya mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap persoalan di Papua. Oleh sebab itu Pemerintah dalam sepuluh tahun otsus di tanah Papua, atau tepatnya lima tahun terakhir membuat suatu “gebrakan” baru terhadap persoalan di Papua yakni sebagai master project bagi Pembangunan manusia baru, yakni dengan memberikan kepercayaan kepada setiap masyarakat untuk membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi yang diluncurkan dalam bentuk RESPEK (Rencana Strategis Pembangunan Kampung).
Langkah strategis Papua Baru
Setiap orang pasti sudah mengetahui dan sangat mengerti bahwa untuk mendapatkan buah, kita harus menanam pohonnya terlebih dahulu. Demikian dengan Papua, bahwa untuk mewujudkan suatu Papua Baru kita harusnya bersidiah menanam “ideologinya” (sering disebutkan inti/ roh) terlebih dahulu baru sistim itu akan membentuk suatu tatanan Papua yang baru. Sebagai langkah dalam memulainya, Pemerintah telah menetapkan prioritas pembangunan yang menjadi pusat perhatian Pemerintah yakni : kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Penjabaran ketiga item tersebut dapat dibaca pada buku Kami Menanam, Kami Menyiram, Tuhanlah yang Menumbuhkan oleh Barnabas Suebu, SH, (Pemprov Papua, 2007).
Harapan sebagai anak negeri
Ketika kami berdiri di belahan bumi yang lain ataupun di pulau yang lain diluar Papua dan memandang ke arah timur, seiring dengan terbitnya matahari semangat dan rasa cinta akan tanah ini begitu bergairah di dalam dada, sekalipun ketika kita menghadapi suatu kenyataan akan kekurangan dan kesusahan rakyat kami dibumi cenderawasih namun itu tidak memudarkan rasa cinta dan bangga kami terhadap tanah Papua.
Saat ini kita semakin dekat dengan suatu tatanan Papua yang baru, banyak putra Papua yang telah menjadi ahli di bidangnya, banyak putra papua yang berprestasi dibidangnya, banyak putra Papua yang tampil dengan ide gemilang terhadap pembangunan Papua, dan terlebih lagi banyak putra Papua dan saudara kita yang dengan tekun dan sabar berdoa bagi Papua.
Harapan kami bahwa Papua akan menjadi bukti KASIH di negara Indonesia bahkan seluruh dunia karena Bhineka Tunggal Ika itu ada disini dan terbukti kita bisa bersama-sama bahu-membahu dalam membangun Papua yang Baru.
Majulah... Papua...
salam,